Sebuah blog yang kutujukan sebagai wujud cintaku kepada dia yang namanya kuabadikan, kepada dunia pendidikan, kepada negeriku serta untuk membentuk pribadiku
Minggu, 30 Desember 2007
PADI - Sang Penghibur
tak lagi ku dengar dengan sungguh
juga tutur kata yang mencela
tak lagi ku cerna dalam jiwa
aku bukanlah seorang yang mengerti
tentang kelihaian membaca hati
ku hanya pemimpi kecil yang berangan
tuk merubah nasibnya…
oh.. bukankah ku pernah melihat bintang
senyum menghiasi sang malam
yang berkilau bagai permata
menghibur yang lelah jiwanya
yang sedih hatinya
yang lelah jiwanya
yang sedih hatinya
ku gerakkan langkah kaki
di mana cinta akan bertumbuh
ku layangkan jauh mata memadang
tuk melanjutkan mimpi yang terputus
masih ku coba mengejar rinduku
meski peluh membasahi tanah
lelah penat tak menghalangiku
menemukan bahagia......
o…bukankah ku pernah melihat bintang
senyum menghiasi sang malam
yang berkilau bagai permata
menghibur yang lelah jiwanya
yang sedih hatinya
yang lelah jiwanya
yang sedih hatinya
yang lelah jiwanya
oo..
bukankah ku bisa melihat bintang
senyum menghiasi sang malam
yang berkilau bagai permata
menghibur yang lelah jiwanya
bukankah hidup hanya perhentian
tak harus kencang terus berlari
ku helakan nafas panjang
tuk siap berlari kembali…
berlari kembali..
melangkahkan kaki
menuju cahaya
bagai bintang yang bersinar
menghibur yang lelah jiwanya
bagai bintang yang berpijar
menghibur yang sedih hatinya
Rabu, 26 Desember 2007
Padi - Tak Hanya Diam
T’lah terukir di dalam jiwaku
Seperti tetes embun menyegarkan hari
Terciptakan keajaiban di hati..
Cinta bukan hanya sekedar kata
Cinta tak hanya diam
Aku yang berkelana mengarungi hidup
Mencari untaian arti, makna…
Apakah sesungguhnya balasan dari cinta
Pasti bukan harta dunia semata…
Cinta bukan hanya sekedar kata
Cinta bukan hanya pertautan hati
Cinta bukan hasrat luapan jiwa
Cinta tak hanya diam…
Jika mungkin bumi harus terguncang badai
Tapi cinta takkan mungkin hilang
Cinta bukan hanya sekedar kata
Cinta bukan hanya pertautan hati
Cinta bukan hasrat luapan jiwa
Cinta adalah cinta
Seventeen - Jika Kau Percaya
C G
Apakah kau percaya aku sepenuhnya
F C G
Saat aku jauh darimu
C G
Sudikah kau hapus air mata tertumpah
F C G
Saat aku terkulai lemah
[*] Dm G
Mungkinkah kudengar jawabmu
E Am G D
Dari hati yang terdalam yakinkanku
F Fm
Jangan buatku meragu
[reff]
C Em
Cintamu bisa membunuhku
Dm A/C# G
Bila tiada percaya dalam hatimu
C Em
Cintamu bisa tegarkanku
Dm A/C# G
Bila kau percaya kan hatimu padaku selamanya
[int] C F Am G
C G
Sanggupkah kau redamkan api cemburu
F C G
Saat aku tak bersamamu
to : [*] , [reff] [int] Am G C F Em Dm G A
[reff2]
D F#m
Cintamu bisa membunuhku
Em B A
Bila tiada percaya dalam hatimu
D F#m
Cintamu bisa tegarkanku
Em B A
Bila kau percaya kan hatimu padaku selamanya
G
cinta kan percayaku
F#m
Damai slalu hatiku
Em A
Cinta kan percayaku
D
slamanya...
pinjem dari http://www.chordfrenzy.com/search.php?id=556&lagu=Seventeen-Jika+kau+percaya
Selasa, 25 Desember 2007
Ari Lasso Feat. Bunga Citra Lestari-Aku dan Dirimu
(Ari Lasso):
E E/D#
E/D A
F#m
C#m B
(Bunga Citra Lestari):
F# F#/F
F#/E
B B – A#m –
G#m D#m C#
F# D#m G#m C#
B Cm7-5 F# E
G#m C# F#
(Bunga Citra Lestari & Ari Lasso):
F# F#/F
F#/E B B – A#m –
G#m
D#m C#
Kembali ke: Reff
Int:
F# E G#m – G#m – A#m – B – C#
Kembali ke:
Bondan Ft. Fade 2 Black-Kroncong Protol
A E
Ok, ya
A
Raise and (Syafale?) you bring it down
E
Keroncong mampus right back to the town
A
You can like kulihat yang kau sembunyikan
E
Pura-pura diam dengan s’dikit gerak perlahan
D
Jadi-jadi …?
E
Everybody ya …?
A
Percuma saja diam berdiri
E
Nanti sampe rumah malah pengen denger lagi
A
Lagi-lagi lagi atur saja
E A
Jika begini jadi manusia sejati
Jikalau kau nanti lebih tinggi dari raja
E
Nikmati hidup dengan blangkon di kepala
D E
Memang tak lebih hebat dari Bengawan Solo
A
Apalagi jika kau dengar alunan Gesang
Tapi please donk ah, yang tenang jangan parno
E
Lebih baik kita semua ikut berdendang
A E
(*) Hey sobat…
A E
Mulailah menari
A7 A7/E A E
Taburkan rasa cinta untuk hilangkan rasa dahaga
A E
Hey kawan…
A EM
ulailah menyanyi
A7 A7/E
Dengarkan lagu ini agar tercinta
A ET
etaplah terjaga
Bm A
Reff: Rasakan cinta…
Bm
Yang t’lah tercipta…
F#m
Antara kita… yeah…
Bm A
Satukan jiwa…
Bm
Yang t’lah tercipta…
(setelah di ulang, lanjut ke coda)
D
Antara kita…
A
Ciki one, two
E
Sundanese rasa k’raton
A
Boleh dinikmati, ekplorasi, anti monoton
E
Kuharap kau suka dan mulailah bertanya
Siapakah mereka, kenapa, eh, asyik juga
D
One more time
EC
iki one, ciki two
A
Nikmati aja, protesnya disimpan dulu
E
Kolaborasi hebat 2007
Kroncong Rap Rock ku boleh diadu
A E
Cah manis…
A E
Yo, ayo, mari, kemari
D E A E
Berpegangan dan mulai berdendang
Kembali ke: (*), Reff
Coda:
* D – E – A – D
Antara kita…
* Treble Strings (Dawai 1, 2 & 3): Fret 5 – 7 – 9 – 10
Musik: A E (8x) A – Fade Out
Senin, 22 Oktober 2007
The Main Causes Of Liver Damage
2. Not urinating in the morning.
3. Too much eating.
4. Skipping breakfast.
5. Consuming too much medication.
6. Consuming too much preservatives, additives, food coloring , and artificial sweetener.
7. Consuming unhealthy cooking oil.
Do not consume fried foods when you are tired, except if the body is very fit.
8. Consuming raw (overly done)
Foods also add to the burden of liver.
Veggies should be eaten raw or cooked 3-5 parts. Fried veggies should be finished in one sitting, do not store.
We should prevent this without necessarily spending more. We just have to adopt a good daily lifestyle and eating habits. Maintaining good eating habits and time condition are very important for our bodies to absorb and get rid of unnecessary chemicals according to "schedule."
Because :
Evening at 9 - 11 PM : is the time for eliminating unnecessary/ toxic chemicals (detoxification) from the antibody system (lymph nodes). This time duration should be spent by relaxing or listening to music. If during this time a housewife is still in an unrelaxed state such as washing the dishes or monitoring children doing their homework, this will have a negative impact on health.
Evening at 11pm - 1 am : is the detoxification process in the liver, and ideally should be done in a deep sleep state.
Early morning 1 - 3 am : detoxification process in the gall, also ideally done in a deep sleep state.
Early morning 3 - 5 am :
detoxification in the lungs. Therefore there will sometimes be a severe cough for cough sufferers during this time. Since the detoxification process had reached the respiratory tract, there is no need to take cough medicine so as not to interfere with toxin removal process.
Morning 5 - 7am :
detoxification in the colon, you should empty your bowel.
Morning 7 - 9 am :
Sleeping so late and waking up too late will disrupt the process of removing unnecessary chemicals. Aside from that, midnight to 4:00 am is the time when the bone marrow produces blood. Therefore, have a good sleep and don't sleep late.
BRAIN DAMAGING HABITS
People who do not take breakfast are going to have a lower blood sugar level. This leads to an insufficient supply of nutrients to the brain causing brain degeneration.
2. Overeating
It causes hardening of the brain arteries, leading to a decrease in mental power.
3. Smoking
It causes multiple brain shrinkage and may lead to Alzheimer disease.
4. High Sugar consumption
Too much sugar will interrupt the absorption of proteins and nutrients causing malnutrition and may interfere with brain development.
5. Air Pollution
The brain is the largest oxygen consumer in our body. Inhaling polluted air decreases the supply of oxygen to the brain, bringing about a decrease in brain efficiency.
6. Sleep Deprivation
Sleep allows our brain to rest. Long term deprivation from sleep will accelerate the death of brain cells.
7. Head covered while sleeping
Sleeping with the head covered, increases the concentration of carbon dioxide and decrease concentration of oxygen that may lead to brain damaging effects.
8. Working your brain during illness
Working hard or studying with sickness may lead to a decrease in effectiveness of the brain as well as damage the brain.
9. Lacking in stimulating thoughts
Thinking is the best way to train our brain, lacking in brain stimulation thoughts may cause brain shrinkage.
10. Talking Rarely
Intellectual conversations will promote the efficiency of the brain.
Jumat, 24 Agustus 2007
Naff-Bila Aku Pulang
Peluk aku, usap peluhku, ringankan beban di pundakku
[#:]
T’lah jauh ku berjalan, mengarungi sang waktu,
hanya un-tuk-mu
Coba ku petik bintang, lalu ku bawa pulang
itu hanya untukmu
Sambut aku, dengan cintamu, saat aku pulang
Sentuh aku, basuh perihku, hilangkan letih di tubuhku~
[#]
[Reff:]
Ku ingin kau, jadi tempat,
dimana aku bersandar dari penat letihku
Ku ingin kau, jadi tempat,
dimana aku berhenti ‘tuk tanamkan jiwaku
[#] ~~
[Reff]
Ku ingin kau, jadi tempat,
dimana aku bersandar dari penat letihku
Ku ingin kau, jadi tempat,
dimana aku berhenti ‘tuk tenangkan jiwaku
~ [Reff]
Greenday-Jesus Of Suburbia
I'm the son of rage and love
The Jesus of suburbia
From the bible of none of the above
On a steady diet of .
Soda pop and Ritalin
No one ever died for my- sins in hell
As far as I can tell
At least the ones I got away with
And there's nothing wrong with me
The Rain-Terlalu Indah
memang tak ada kisah yang bisa sempurna
Seperti yang, s’lalu diimpikan,
dan mimpi tak s’lalu jadi kenyataan
Ada awal, dan ada akhirnya,
yang mungkin tak dapat terurai semua
Ada duka, ada bahagia,
yang mungkin tak akan pernah dapat terlupa
Dan hati ku berkata
[Reff:]
Selamat jalan kekasih,
manis yang berujung perih,
kisah yang sungguh terlalu indah,
kini semua berakhir sudah
Selamat jalan kekasih,
walau teramat sangat perih,
namun aku pasti coba,
untuk jalani ini semua
[Interlude]
[Reff]
untuk jalani ini (x3), semua
[Reff until Fade Out]
The Rain-Tolong Aku
Dengarkan jerit hatiku
Tentang dia, tentang dia
Masih s’lalu tentang dia
Ajak aku, bersamamu
Kemanapun engkau mau
Tenangkan aku, tenangkan aku
Sabarlah tenangkan aku
[#:]
Yang pernah membuatku merasa sempurna
Hingga aku pun menjanjikan semuanya
Namun ternyata mimpi yang dia punya
Berbeda, berbeda…
[Reff:]
Aku tak’kan bisa, hidup tanpa dia
Dia yang membuat, aku bahagia
Tolong aku untuk, melupakan dia
Sungguh hanya itu, yang aku pinta
[#] ~~ [Reff]
[Interlude]
Ajak aku, bersamamu
Five For Fighting-Superman (It's Not Easy)
I can’t stand to fly,
I’m not that naive
I’m just out to find,
the better part of me
[Chorus 1]
I’m more than a bird,I’m more than a plane
I’m more than some, pretty face, beside a train
And it’s not easy, to be~ me
[Verse 2]
Wish that I could cry,
fall upon my knees
Find a way to lie,
’bout a home I’ll never see
[Chorus 2]
It may sound absurd, but don’t be naive
Even Heroes have, the right to bleed
I may be disturbed,but won’t you concede
Even Heroes have, the right to dream
And it’s not easy, to be~ me
[Bridge]
Up, up and away away from me, but it’s all right
You can all sleep sound tonight
I’m not crazy
Or anything…
[Verse 3]
I can’t stand to fly,
I’m not that naive
Men weren’t meant to ride,
with clouds between their knees
[Chorus 3]
I’m only a man, in a silly red sheet,
digging for, kryptonite on this one way street
Only a man, in a funny red sheet,
looking for, special things inside of me
inside of me~, inside of me (x2)
[Chorus 4]
I’m only a man, in a funny red sheet,I
’m only a man looking for a dream
I’m only a man, in a funny red sheet,
And it’s not easy, hu~hu~hu…
It’s not easy, to be, me…
Acha&Irwansyah-Ada Cinta
satu kata yang ku nantikan,
sebab ku tak mampu,
membaca mata mu,
mendengar bisik mu
[#]
Nyanyikanlah kasih,
senandung kata hati mu,
sebab ku tak sanggup mengartikan getar ini,
sebab ku meragu pada diri mu
Reff I
Mengapa berat, ungkapkan cinta,
padahal ia ada,dalam rinai hujan,
dalam terang bulan,
juga dalam sedu sedan
Reff II
Mengapa sulit, mengaku cinta,
padahal ia terasa,
dalam rindu dendam,
hening malam, cinta~, terasa ada
[#]
[Reff I & II]
[Interlude]
[Reff I]
[Reff II]
[Reff II]
Naff-Seharusnya Kita
Sepi tanpa ada cintamu dalam hidupku
Semua terasa hampa…
Karena hatimu tak dapat kusentuh
Semakin jauh asaku ini untuk ku gapai
Dalam luka batinku perih teteskan lara
Ketika dirimu jauh…
Isi hatimu telah menjadi miliknya
Seharusnya dunia ini begitu indah
Seharusnya hidupku ini penuh bermakna
Takkan gundah jiwaku bila kau bersamaku
Takkan perih batinku ini bila kau pun milikku
Seharusnya dunia ini punya kita berdua
Semakin jauh asaku ini untuk ku gapai
Dalam luka batinku perih teteskan lara
Ketika dirimu jauh…
Isi hatimu telah menjadi miliknya
Seharusnya dunia ini begitu indah
Seharusnya hidupku ini penuh bermakna
Takkan gundah jiwaku bila kau bersamaku
Takkan perih batinku ini bila kau pun milikku
Seharusnya dunia ini punya kita berdua
Seandainya kau tahu perih di dalam hatiku
Apakah kau merasakan apa yang kurasa
Seharusnya dunia ini begitu indah
Seharusnya hidupku ini penuh bermakna
Takkan gundah jiwaku bila kau bersamaku
Takkan perih batinku ini bila kau pun milikku
Seharusnya dunia ini punya kita berdua
Seharusnya dunia ini begitu indah
Seharusnya hidupku ini penuh bermakna
Takkan gundah jiwaku bila kau bersamaku
Takkan perih batinku ini bila kau pun milikku
LETTO-Sebelum Cahaya
yang bertabur mimpi
kemana kau pergi cinta
perjalanan sunyi
engkau tempuh sendiri
kuatkanlah hati cinta
ingatkan engkau kepada
embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada
angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta
kekuatan hati yang berpegang janji
genggamlah tanganku cinta
ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
temani hatimu cinta
ingatkan engkau kepada
embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada
angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta
ku teringat hati
yang bertabur mimpi
kemana kau pergi cinta
perjalanan sunyi
engkau tempuh sendiri
kuatkanlah hati cinta
ingatkan engkau kepada
embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkan engkau kepada
angin yang berhembus mesra
yang kan membelaimu cinta
Minggu, 12 Agustus 2007
Guru dan Mutu guru
Sarana dan fasilitas pendidikan merupakan masalah bagi negara-negara berkembang terutama di Indonesia. Hingga saat ini Indonesia masih merupakan negara yang rendah tinhkat pendidikannya disbanding negara- negara lain. hal ini dapat disebabkan kurangnya sarana dan fasilitas pendidikan, apalagi masih banyak sekolah yang sarana pendidikannya saja belum terpenuhi. Sarana dan fasilitas dapat menunjang semangat belajar siswa apalagi dizaman yang modern saat ini, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan adanya sarana dan fasilitas yang memadai dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dapat dipastikan apabila sarana dan fasilitas pendidikan yang memadai akan menciptakan generasi yang lebih berpotensi dan lebih tinggi tingkat pendidikannya. Disamping itu ternyata mutu guru jugu menjadi salah satu unsur yang menentukan munculnya generasi muda yang berprestasi. Dapat dikatakan tinggi rendahnya mutu sekolah juga dilihat dari tinggi rendahnya mutu guru. Dengan adanya sarana yang memadai belum tentu dapat meningkatkan mutu sekolah tanpa adanya mutu guru yang tinggi, karena dengan peningkatan kesejahteraan guru lebih mampu meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana.
Menyoal adalah mempermasalahkan tentang suatu hal. Dalam konteks ini yang dipermasalahkan adalah guru dan mutu yang seharusnya dimiliki. Guru merupakan salah satu unsur yang dianggap sangat menentukan tinggi rendahnya mutu sekolah. Dalam kebutuhan minimal sarana dan fasilitas pendidikan yang relatif terpenuhi nampak bahwa investasi biaya pendidikan melalui peningkatan kesejahteraan guru lebih mampu meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana. Apabila dilihat dari segi pelaku persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah kesejahteraan guru. Kesejahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial. Nonmaterial misalnya kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang sejuk dan perlundungan hukum. Adapun yang termasuk kesejahteraan material adalah gaji, tunjangan dan insentif lainnya. Aspek material khususnya gaji yang harus secara jujur diakui masih sangat minim. Selama ini banyak guru yang mengeluhkan gaji yang terlalu rendah. Hal ini merupakan salah satu alasan kurang optimalnya kinerja guru dalam memberikan suatu pengajaran. Suatu ironi memang, ketika semua pihak berusaha memajukan pendidikan, gaji guru justru menjadi faktor penghambat utama kemajuan tersebut. Alokasi anggaran sebesar 20% pun bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan. Ketika banyak kebutuhan yang harus dipenuhi maka anggaran sebesar itu akan dianggap sebagai suatu kesia-siaan belaka. Satu hal yang luput ketika membicarakan mutu guru adalah kualitas yang dimiliki. Ketika kurangnya gaji begitu dipermasalahkan maka kualitas yang sesuai untuk mendapatkan gaji kurang diperhatikan.
Kenaikan gaji cenderung hanya upaya mengimbangi laju inflasi. akibatnya secara riil daya beli para guru umumnya tidak banyak meningkat. Walaupun secara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru, tetapi gaji guru dan mutu pendidikan memang tidak terpisahkan. Dinegara-negara lain yang tingkat pendidikannya lebih tinggi, misal Malaysia, mengajarkan bahwa prestasi kerja merupakan fungsi dari imbalan. Makin tinggi imbalan maka makin tinggi kesungguhan, komitmen dan prodiktivitas karja serta makin kecil kemungkinan adanya indisipliner (tindakan tidak taat dengan peraturan yang ada). Belajar dari negara-negara yang tinggi tingkat pendidikannya itulah disediakan sekitar seperempat lebih anggaran untuk sektor pendidikan dan dari jumlah itu sebagian besar adalah untuk kesejahteraan guru. Jika gaji guru meningkat maka akan meningkatkan pula status guru, sehingga mampu menarik calon-calon guru yang berkualitas.
Lembaga pendidikan guru bukanlah idola calon mahasiswa atau orangtua, sebab dalam masyarakat yang cenderung melihat kemampuan ekonomi sebagai ukuran status sosial status guru diamggap “kurang baik” karena pendapatannya rendah. Karena itu jabatan guru tidak menarik minat banyak orang dan jiga tidak menarik bagi para putra-putri terbaik bangsa. Adanya kesempatan untuk menjadi guru yang sempit karena lembaga-lembaga pendidikan justru lebih mengangkat lulusan fakultas murni lantaran kemampuannya dianggap lebih menyebabkan kualitas dan kuantitas yang masuk lembaga pendidikaan guru juga merosot. Konsekuensinya mutu lulusan atau calon guru yang dihasilkan merosot pula, akibatnya mutu pendidikan akan terus merosot pula. Melihat kondisi pendidikan saat ini tidak banyak yang dilakukan dalam usaha menarik minat calon bermutu memasuki lembaga pendidikan guru selama faktor status guru tidak dapat diubah atau diperbaiki. Menaikkan pandangan terhadap profesi guru amat terkait dengan kemampuan keuangan pemerintah, Mengingat pada waktu ini sekolah terutama dikelola oleh pemerintah. Barangkali anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan bagi pendidikan guru seperti diatas yang menyebabkan calon guru kurang memiliki motivasi yang kuat.
Lebih parah lagi, sebagian yang dididik sebagai calon guru sekarang sebenarnya tidak ingin menjadi guru oleh karena mereka tahu bahwa profesi guru tidak memberikan kesempatan kepaada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak, kekuasaan yang cukup, atau pengaruh yang luas. Oleh karena itu sampai saat ini profesi guru dirasa sebagai kerja paksa artinya terpaksa jadi guru karena bidang lain tidak bisa menampungnya, tetapi kerja paksa juga dapat diartikan kerja keras tetapi gajinya kecil. Dimasyarakat yang lebih mementingkan pada pemenuhan kebutuhan materi kedudukan atau pekerjaan guru kurang memperoleh nilai tinggi, sebab walaupun tugas guru itu mulia namun tidak memberi keuntungan materi. Berdasarkan kondisi tersebut maka agaknya repot bagi pendidikan guru untuk menangkis serangan atau kritik tentang mutu lulusannya.Masyarakat mengeluh anak-anaknya diajar oleh guru yang kurang bermutu disisi lain dikhawatirkan semakin merosotnya minat calon mahasiswa yang ingin menjadi guru. Keluhan masyarakat dan kekhawatiran tersebut pada akhirnya dialamatkan kepada pemerintah juga.
Selain faktor individu dan pendidikannya, sarana dan prasarana yang disediakan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan baik termasuk sekolah negeri dan swasta tampaknya perlu mendapat perhatian lebih. Saat ini sekolah-sekolah yang ada masih kurang memperhatikan kelayakan sarana dan prasarana yang dimilikinya. Memang tidak semua kebutuhan harus terpenuhi. Semua itu tergatung dengan kemampuan dan kebutuhan sekolah yang bersangkutan. Oleh sebab itu, ketersediaan sarana dan prasarana tiap-tiap sekolah tidak dapat disamaratakan. Namun, untuk pendukung kegiatan belajar-mengajar yang bersifat dasar hendaknya tersedia dengan memadai. Hal ini diperlukan agar aktifitas belajar mengajar dapat berjalan sesuai harapan, sehinga kinerja guru akan lebih optimal.
Memang merupakan suatu dilema dan sangat ironis. Saat kita harus berbicara tentang kualitas pengajar maka sarana dan prasarana menjadi hal yang memegang peranan yang sangat penting. Ini dapat dilihat dari ketersediaan sarana untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Ketika kualitas guru yang ada baik, sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadai. Sebaliknya, ada sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai namun guru yang bersangkutan tidak memanfaatkannya. Entah karena tidak mau atau karena tidak memiliki kemampuan. Hal inilah yang seharusnya mulai disikapi oleh kalangan pendidikan sendiri.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini memang sudah banyak kebijakan dan strategi untuk memperbaiki mutu sekolah namun hasilnya belum optimal. Jadi sejauh gaji guru masih relatife rendah tampaknya tidak mudah meningkatkan mutu pendidikan. Disitulah titik kelemahan pendidikan di Indonesia, sehingga mutu sekolah sulit ditingkatkan. Oleh sebab itu jika Indonesia benar-benar ingin meningkatkan mutu sekolah, maka sistem penggajian guru secepatnya diperbaiki.
Rendahnya gaji guru saat ini sering disebut sebagai faktor utama penyebab turunnya mutu pendidikan. Namun, benarkah hal itu yang terjadi. Saat ini kita juga harus mulai mempertanyakan kualitas guru secara keseluruhan. Apakah sudah menjadi seorang guru yang profesional ataukah hanya bekerja demi uang. Apakah guru saat ini bekerja dengan menggunakan prinsip do it atau hanya berorientasi pada duit. Itu yang harus kita perrtanyakan. Ketika guru hanya mementingkan duit maka profesi guru hanya dianggap suatu pekerjaan untuk menopang hidup. Guru tidak dianggap sebagai suatu profesi mulia yang akan mendidik generasi penerus bangsa. Sebaliknya, dengan do it maka guru akan memuliakan profesinya sebagai seorang pendidik dan pengajar. Banyak hal selain mengajar yang dapat dilakukan guru untuk mendapat sumber dana. Salah satunya dengan mengadakan penelitian. Di Indonesia masih sangat sedikit guru yang dengan inisiatif sendiri melakuakan penelitian yang berkaitan dengan profesinya. Rata-rata guru hanya mengandalkan gaji yang diterima sebagai sumber pengahasilan. Pola pikir seperti inilah yang harus mulai dirombak untuk mengembangkan pendidikan kita saat ini.
Wiharyanto, A. Kardiyat, 27 Agustus 2005,“Menyoal Guru dan Mutu Guru”, Opini, Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta.
Pendidikan Yang Tertindas
Kenyataannya hal ini sangat sulit untuk dilakukan. Penyebabnya adalah kebiasaan meniru yang yang sudah mengakar pada budaya pengajaran itu sendiri. Guru-guru yang ada saat ini banyak yang merupakan guru-guru lama. Sistem lama dan undang-undang yang pada masa mereka kuliah diterapkan saat ini sudah mengalami banyak perubahan. Sayangnya perubahan-perubahan itu mendapat respon yang kurang bagus sehingga perkembangan metode mengajar mereka tidak mengikuti alur yang ada. Salah satu penyebab yang dikeluhkan sejak dahulu adalah perubahan sistem hampir setiap pergantian Mendiknas. Perubahan dan penyempurnaan sistem yang ada dianggap telah menyimpang terlalu jauh dari sistem yang sebelumnya. Oleh sebab itu, para guru di tingkat pelaksana lebih suka menggunakan cara mengajar mereka sendiri. Metode mengajar yang demikian merupakan adopsi dari cara mengajar guru mereka sendiri yang diterima ketika mereka menempuh pendidikan. Sedangkan cara guru mereka itu disinyalir merupakan metode mengajar jaman kolonial Belanda. Inilah mengapa sistem pendidikan saat ini masih terkait dengan model pendidikan yang diterapkan ketika jaman penjajahan dahulu.
Setelah kita tahu bahwa model pembelajaran saat ini masih berkaitan dengan model pembelajaran jaman penjajahan, kita lihat proses pembelajarannya. Ketika masa penjajahan, bangsa Indonesia dituntut untuk menyediakan tenaga terampil. Hal ini menimbulkan masalah jika masih terus diterapkan. Saat ini, kita dituntut untuk memiliki keahlian yang dapat bersaing dengan pasar internasional. Dengan sistem pendidikan yang ada, kita hanya dapat menghasilkan tenaga terampil namun berada dalam kelas pekerja terendah. Jika dibiarkan, selamanya kita hanya bisa mengekspor buruh-buruh kasar demi memenuhi kebutuhan tenaga kerja di pasaran. Selamanya bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang hanya diperbudak oleh orang lain. Hal ini harus mulai di sadari oleh bangsa Indonesia itu sendiri. Sudah bukan masanya kita mendidik dengan multipel skilled oriented. Saat ini, kita harus mulai terfokus pada pendidikan specific ability oriented yang dapat memenuhi standar internasional. Jadi setiap individu harus diberi bekal khusus yang akan memberinya keleluasaan berkreasi dibidangnya. Nantinya kemampuan inilah yang akan membedakan individu dengan individu yang lain. Jika dahulu seorang montir mobil dapat memperbaiki seluruh bagian dari mobil namun tidak menyeluruh. Saat ini kita harus berfikir bagaimana mendidik seorang montir yang mengetahui seluruh bagian dari mobil namun memiliki keahlian khusus pada bagian tertentu. Contohnya, seorang mekanik tahu seluruh bagian dari mobil namun dai memiliki spesialisasi pada bagian engine tune up. Sedangkan jika ada masalah selain itu dia harus menyerahkan pada mekanik lain yang memiliki spesialisasi pada komponen itu. Hal ini juga harus mulai diterapkan pada tingkat pendidikan dasar. Terutama pada sekolah dasar. Jika selama ini satu kelas hanya diajar oleh seorang guru maka kebiasaan ini harus mulai dirubah. Sebagaimana diterapkan pada sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.
Beberapa waktu yang lalu berdiri sekolah anti korupsi. Mengapa sekolah anti korupsi? Karena sekolah merupakan tempat pertama kita belajar untuk melakukan korupsi. Bukan hanya siswa tetapi guru. Mengapa demikian? Secara sadar atau tidak, kita melatih diri kita untuk korupsi dengan kebiasaan masuk telat dan keluar kelas lebih awal. Ketika hal-hal ringan seperti itu telah menjadi kebiasaan maka akan berubah menjadi sikap mental. Akibatnya, sikap ini akan merambah bidang kehidupan kita yang lain bukan hanya dikelas. Ketika suatu saat kita diberi kepercayaan maka kita sedikit demi sedikit berproses untuk mengambil apa yang bukan hak kita. Mulai dari waktu sampai akhirnya ke materi. Proses seperti saat kita di kelas tadi akan berulang kembali. Hal ini akan menjadi suatu kebiasaan yang dianggap wajar dan tidak menimbulkan masalah.
Kita harus mulai menyadari bahwa pendidikan di Indonesia ini merupakan pendidikan yang terlindas. Sistem yang ada hanya mengakomodir kepentingan pasar yang meminta tenaga terampil. Sebaliknya, baik tenaga ahli maupun proses untuk menjadikan tenaga terampil itu sendiri terabaikan. Tenaga ahli dengan keahlian khususnya justru kurang diakomodir kesempatan berusahanya. Standar gaji yang tinggi menjadi alasan bagi banyak pihak untuk lebih memilih tenaga terampil denagn pendidikan rendah. Sedangkan tenaga ahli sengaja didatangkan dari luar negeri. Proses untuk menjadikan tenaga terampil itu sendiri tidak kalah terabaikannya. Banyak anak usia sekolah yang karena mahalnya biaya pendidikan terpaksa memendam keinginan untuk sekolah. Mereka biasanya akan berakhir menjadi anak jalanan atau pekerja kasar tingkat paling rendah. Untuk itulah diperlukan kepedulian dari pemerintah maupun pihak-pihak yang membutuhkan tenaga kerja terdidik maupun terampil untuk mengembangkan sumberdaya yang ada namun terbengkalai ini.
Pilihan Lurah Telaga Air
“Jadi, saudara-saudara sekalian harap maklum. Satu bulan lagi akan diadakan pemilihan lurah baru di kelurahan kita ini. Sebab kiat semua ngerti to, jabatan lurah sedang kosong,” ucapnya. Lalu beliau mulai membicrakan hal-hal tentang pemilihan lurah itu sendiri termasuk calon-calon yang akan dipilih.
“Oleh sebab itu, saya disini istilahnya mint abantuan saudara-saudara untuk mendukung atau kasarannya milih Pak Saridja sebagai lurah yang akan datang. Wong beliau sendiri saya kira lebih baik dari calon-calon yang lain. Selain itu, beliau juga kan putra daerah ya to?” ungkapnya dengan logat jawa yang kental. Diam menyekap mulut para pemuda itu untuk sejenak. Berikir, menimbang dan mungkin menghitung laba.
“Maaf, begini pak,” sebuah suara dari bibir pemuda bernama Andri.
“Kami bersedia dan siap untuk mendukung Pak Saridjo. Namun, kami minta bantuan dan kerelaan beliau untuk membangun jalan di sebelah timur kampung kita itu pak.”
“Baiklah, nanti kami konsultasikan dahulu dengan beliau. Tapi anda juga mesti ingat, harus konsekuen lho! Kalau sudah dibantu, ya harus benar-benar milih. Jangan mencla-mencle.”
“Itu nanti ada duitnya ngga’ pak?” celetuk yang lain, disambut dengan senyum simpul dari seluruh anggota.
“Hal ini masih dalam pertimbangan keluarga sehingga saya belum mampu mengatakan ya atau tidaknya,” jawab tamu itu.
“Mungkin ini saja yang dapat kami sampaikan dan sudilah kiranya saudara-saudara mau mendukung Bapak Saridja. Kalau ada salah kata kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih atas waktu yang diberikan,” kata-kata penutup manis namun panjang dan membujuk diucapkan tamu itu.
“Terimakasih atas informasi yang disampaikan. Semoga rekan-rekan dapat memilih calon sesuai dengan aspirasi rekan-rekan semuany,” ketua pemuda menutup rapat setelah semua agenda terlaksana.
“Selesai juga,” ucapku dalam hati.
“Mana sudah jam sepuluh lagi.”
Hari yang sangat melelahkan bagiku. Setelah seharian berkutat dengan kuliah, lalu rapat-rapat keorganisasian siang tadi akhirnya rapat ini selesai sudah. Tak ku sangka aku bisa menjadi orang sok sibuk juga. Jadwal apel malam mingguku pun harus mengantri dan bahkan aku batalkan. Akhirnya aku bisa pulang dan bersantai menunggu besok untuk pergi ke rumah calon istriku itu.
“Mas, bs t4ku ga?cpt ptg!” sebuah pesan tiba-tiba muncul di layar ponselku. Tumben denokku itu sms selarut ini, minta aku kesana lagi. Langsung aku ambil motor kesayanganku lalu meluncur ke arah kota. Maklum, rumahnya berada hamper di tengah-tengah kota.
“Ada apa nduk?” tanyaku setelah sampai di rumah calon mertuaku.
“Simbah sakit, kamu ada duit ngga?”
“Aduh, brengsek!” makiku dalam hati.
Baru aku mau muntah soal duit. Kenapa sekarang ada masalah seperti ini. Kacau! Mataku terpejam sesaat. Terbayang akan apa yang disampaikan tamu pada pertemuan pemuda tadi sore. Pikiranku melayang pada calon lurah baru yang bisa menjadi sumber dana bagi simbah. Aku mungkin miskin, tapi otakku sangat bisa ku andalkan. Dengan modal otak dan mulut mungkin dia mau membantuku jika aku membantunya menjadi lurah. Ah, mungkin.
“Pak, saya ingin matur sama Bapak. Itu pak, soal pilihan lurah nanti. Terus terang saja pak, saya ingin dan bisa membantu bapak agar bisa menang. Mungkin lebih dari Tim Sukses yang bapak punya. Saya jamin itu,” ucapku lantang sambil sesumbar di hadapan Saridjo.
“Kamu ini bisa saja. Imbalannya?”
“Saya ingin minta bantuan dana dari bapak untuk biaya berobat simbah saya ke rumah sakit. Tidak banyak kok. Sepuluh juta saja. Dan saya jamin bapak pasti menang kali ini,” seolah aku ini yang menentukan siapa yang akan menjadi lurah. Setelah sekian menit dan dengan mulut yang hamper berbusa karena meyakinkan dia, akhirnya mau juga Saridjo buka mulut.
“Ok, aku beri lima juta dulu. Sisanya nanti setelah aku jadi lurah dan mungkin kamu akan aku beri bonus nanti. Tapi kalau sampai aku kalah kamu harus ganti rugi tiga kali lipatnya. Deal?”
“Deal. Tapi kalau bapak berkenan saya ingin meminta uang lima juta itu sekarang,” ucapku sehalus mungkin. Aman. Simbah bisa segera masuk rumah sakit, pikirku.
“Ok,” Saridjo masuk ke rumahnya dan mengambil uang sebanyak 5 juta rupiah cash. Tak lupa ia menitipkan sebuah ancaman halus bagiku. Jika aku tidak bisa menjadikan dia lurah maka matilah aku. Dapat dari mana duit 30juta itu. Namun, kalau berhasil, 15 juta masuk kantong itu pasti.
“Persetan, itu bisa dipikir besok,” hatiku mulai menenangkan diri. Aku segera mohon diri dengan memberikan janji muluk yang aku harap bisa membuatnya terbang dan melupakan ancamannya itu.
Aku muak denagn semua money politics ini. Tapi, apa mau dikata. Simbah sakit dan berobat harus pake duit. Aku hanya orang miskin yang pintar bicara dan membual. Kerja aku belum punya, apalagi uang sebesar itu. Sebagai petani, tentu aku tak bisa meminta uang sebesar itu pada orang tuaku. Bisa sekolah saja aku sudah sangat berterima kasih. Duh Gusti, bagaimana ini. Tuhan. Aku hampir lupa dengan Dia. Setelah semua usai, aku akan mulai menemuinya lagi. Mungkin Dia masih mau memaafkan semua salahku. Kata-Nya Dia Maha Pengampun. Aku berharap masih bisa bertemu Dia untuk meminta maaf.
Dua bulan berlalu. Aku dan ‘mulut besarku’ telah berhasil membuat sebagian besar warga terbujuk. Berbagai cara mulai nasionalisme, pembodohan serta segala bualanku telah membuat mereka takhluk. Saridjo menang telak. Uang 20 juta bahkan telahmengalir lancar ke kantongku. Simbah bahkan sudah sembuh seperti dulu lagi. Semua uang aku berikan pada calon istriku. Aku lebih percaya dia untuk mengurus semua keperluanku Namun dibalik semua itu, aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Suara hatiku kini mulai terdengar kembali.
“Memang kemana dia selama ini?”
“Tuhan maafkan aku. Semua dosa yang telah aku perbuat,” ucapku lirih dalam kesunyian. Hari ini suara adzan subuh terasa menyejukkan hati.
In memories of Endra. Jogja, 2005
Maaf Ibu Pertiwi
Penghujung Juli 2007. Sebentar lagi akan ada peringatan 62 tahun Republik Indonesia. Di sebuah kampung di Yogyakarta. Sebuah rumah dekat makam. Tidak terpencil. Hanya terletak di pinggiran kampung. Pemilik rumah tampak sibuk dengan kegiatan sehari-hari. Bukan mereka tidak tahu sebentar lagi hari kemerdekaan RI. Sulitnya hidup membuat mereka tidak sempat menangkap eforianya. Bukan tidak cinta negeri ini. Hanya miskin.
Hari berlalu dengan cepat. Awal Agustus. Ini hanya berarti kerja bakti dan penarikan sumbangan bagi keluarga itu. Bersih kampung merupakan acara rutin setiap mendekati 17 Agustus. Begitu pula dengan penggalangan dana. Sejenak mengurangi uang makan demi kecintaan pada ibu pertiwi. Setidaknya itu masih bisa mereka lakukan. Entah sumbangan untuk pedukuhan atau untuk RT yang penting bisa memberikan sesuatu untuk merayakan kemerdekaan.
“ Merdeka? Benar. Seharusnya sekarang sudah jaman kemerdekaan. Merdeka dari apa? Penjajah?” Pak Tua berdebat dengan alam pikirannya sendiri.
“ Lalu orang-orang yang memungut pajak itu siapa?”
“ Mereka itu adalah pemerintah. Orang-orang pandai dan berbudi luhur yang menjalankan Negara agar lebih maju.” Pikirannya mulai berdebat entah dimana letaknya.
“ Berbudi luhur tapi tidah berhati. Menurutku perut mereka lebih maju daripada negeri ini.” Pesimis, Pak Tua memandang para pejabat yang pernah dilihat dan ditemuinya selama ini.
“ Tidak, perut mereka buncit pasti bukan karena itu. Mungkin karena mereka sering rapat membahas kemajuan negeri ini sehingga tidak sempat berolahraga. Selain itu pasti karena sering menghadiri jamuan demi kelancaran bantuan dan pembangunan.” Sanggah pikirannya lagi.
“ Kang, ayo kerja bakti. Ngalamun apa? Yang sudah ya sudah tidak perlu dipikirkan!” Seorang tetangga membuyarkan lamunannya.
Mereka berangkat menuju jalan kampung untuk bergotong-royong membersihkannya. Jalan cor hasil swadaya masyarakat ditambah sumbangan calon bupati yang sekarang sudah menjadi bupati terpilih, ditambah dari calon lurah yang sekarang juga sudah menjabat serta dari bantuan pemerintah. Rumput dan semak liar dibersihkan lalu dibakar. Tampak kerukunan dari semua elemen masyarakat. Setelah semua bersih mereka pulang kerumah masing-masing.
“ Kang, rumahmu dipasang bendera biar kelihatan bagus. Letaknya di pinggir jalan kan? Biar kalau orang melihat tampak semarak.” Kata Pak RT kepada Pak Tua.
“ Iya pak, nanti saya cari benderanya. Kalau sudah ketemu nanti biar saya pasang di depan rumah” Ucap Pak Tua.
“ Kalau tidak ada ya beli dong Kang. Paling berapa harganya. Setahun sekali dipasang itupun bisa dipakai beberapa tahun.” Ucap tetangganya.
“ Harganya murah tapi kalu tidak ada kesadaran juga percuma. Tidak akan beli juga. Itu kan tergantung kesadaran masing-masing. Iya tidak pak?” Yang lain menimpali.
Perlahan tapi pasti mendung mulai bergelayut di wajah tua itu. Seolah tak peduli dengan para tetangga yang tertawa dengan ucapan salah satu diantara mereka tentang kejadian yang dialaminya. Sampai dirumah Pak Tua menghela nafas. Beban hidup mulai terasa berat kembali. Ia ingat ucapan Pak RT tadi. Dicarinya bendera itu kemana-mana. Semua tempat penyimpanan sudah diperiksa dengan teliti namun apa yang dicari tetap tidak ditemukan. Kembali dicari namun tetap tidak ada. Ia ingat bahwa bendera tahun lalu sudah kusut lalu dibuang pada saat membersihkan puing-puing rumahnya akibat gempa.
Tok! Tok! Tok!
“ Permisi ! ” Seorang pemuda dari RT lain tampak berdiri di depan pintu sambil membawa stofmap.
“ Iya, Silahkan masuk.”
“ Begini pak, ini saya dari panitia peringatan HUT RI se-Pedukuhan akan menyelenggarakan malam pentas seni. Untuk itu kami meminta bantuan bapak sekeluarga seikhlasnya.” Ungkap pemuda itu.
“ Baik, tunggu sebentar ya mas.” Pak Tua masuk lalu mengambil uang lima ribuan dan memberikannya kepada pemuda itu.
“ Terimakasih pak, saya mohon pamit” Si pemuda lalu keluar dan hilang di tikungan pojok rumahnya.
Tidak berapa lama, datang lagi seorang pemuda. Kali ini tetangganya sendiri. Juga membawa stofmap di tangan kanannya. Stofmap berisi permintaan sumbangan untuk acara tirakatan di RT. Pak Tua yang tidak bisa baca tulis itupun hanya mengiyakan sambil memberikan uang lima ribu seperti tadi. Setelah pemuda itu pergi istrinya datang.
“ Pak, uangmu yang tujuh ribu di dompet tadi tak ambil untuk beli sayur buat masak.”
“ Oh, ya sudah tidak apa-apa. Tapi itu uang terakhir lho.” Sambil berlalu menuju peraduannya.
Saat malam menjelang Pak Tua melamun menatap atap dalam kamar yang hanya diterangi lampu lima watt. Seandainya hidupnya lebih mapan dari sekarang. Bendera merah putih saja dia tidak punya. Uang tujuh belas ribu rupiah yang akan dibelikan bendera sudah habis tak tersisa. Itupun ia tidak tahu akan makan apa besok. Benarkah negeri ini sudah merdeka pikirnya. Mata tua terpejam seiring malam merayap naik. Maaf ibu pertiwi, tahun ini aku tidak memasang bendera untuk memperingati kemerdekaanmu. Rembulan muncul terang namun hanya sebentar. Lalu tertutup mendung pekat.
Kamis, 09 Agustus 2007
Membuat pestisida alami
Penggunaan pestisida buatan yang memakai bahan kimia
memang berbahaya bagi manusia. Kita sering merasa
waswas bila anak kita akan bisa menjangkaunya. Nah,
semoga artikel tentang pembuatan pestisida alami ini
dapat membantu memecahkan persoalan Anda (petani)
dalam melindungi kebun (lahan pertanian) sekaligus
keluarga.
Mimba (Azadiracta indica)
Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan mengambil 2
genggam bijinya, kemudian ditumbuk. Campur dengan 1
liter air, kemudian diaduk sampai rata. Biarkan
selama 12 jam, kemudian disaring. Bahan saringan
tersebut merupakan bahan aktif yang penggunaannya
harus ditambah dengan air sebagai pengencer.
Cara lainnya adalah dengan menggunakan daunnya
sebanyak 1 kg yang direbus dengan 5 liter air.
Rebusan ini diamkan selama 12 jam, kemudian saring.
Air saringannya merupakan bahan pestisida alami yang
dapat digunakan sebagai pengendali berbagai hama
tanaman.
Tembakau (Nicotium tabacum)
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan
sebagai bahan pestisida alami. Caranya rendam batang
atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau bisa juga
dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan
dingin lalu saring. Air hasil saringan ini bisa
digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.
Tuba, Jenu (Derriseleptica)
Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu.
Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai
betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk
dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan
ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini
bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama
tanaman.
Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)
Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk
halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi.
Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan
1 : 2 - 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai
jenis serangga penyerang tanaman.
Kucai (Allium schonaoresum)
Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan
menyeduhnya, yang kemudian didinginkan. Kemudian
saring. Air saringannya ini mampu untuk memberantas
hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.
Bunga Camomil (Chamaemelum spp)
Bunga yang sudah kering diseduh, kemudian dinginkan
dan saring. Gunakan air saringan tersebut untuk
mencegah damping off atau penyakit rebah.
Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan
cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian
diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan
deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup.
Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari. Bila
ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan
air. Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai
hama tanaman, khususnya hortikultura.
Abu Kayu
Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling
perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak denga
tujuan untuk mengendalikan root maggot. Abu kayu ini
bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat
grayak. Caranya, taburkan di sekeliling parit
tanaman.
Mint (Menta spp)
Daun mint dicampur dengan cabai, bawang daun dan
tembakau. Kemudian giling sampai halus untuk diambil
ekstraknya. Ekstrak ini dicampur dengan air
secukupnya. Dari ekstrak tersebut bisa digunakan
untuk memberantas berbagai hama yang menyerang
tanaman.
Kembang Kenikir (Tagetes spp)
Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3
siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang
bombay. Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air
lalu didinginkan. Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian
air, aduk kemudian saring. Air saringan tersebut
dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.
Cabai Merah (Capsium annum)
Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah
dulu. Kemudian giling sampai menjadi tepung. Tepung
cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat
digunakan untuk membasmi hama tanaman.
Sedudu
Sedudu (sejenis tanaman patah tulang) diambil
getahnya. Getah ini bisa dimanfaatkan untuk
mengendalikan berbagai hama tanaman.
Kemanggi (Ocimum sanetu)
Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar,
kemudian keringkan. Setelah kering, baru direbus
sampai mendidih, lalu didinginkan dan disaring. Hasil
saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami.
Dringgo (Acarus calamus)
Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi
tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya.
Campuran antara tepung dan air tersebut dapat
digunakan sebagai bahan pembasmi serangga.
Tembelekan (Lantara camara)
daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar.
Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang
terserang hama, baik yang berupa kumbang maupun
pengerek daun.
Rumput Mala (Artimista vulgaris)
Caranya bakar tangkai yang kering dari rumput
tersebut. Kemudian manfaatkan asap ini untuk
mengendalikan hama yang menyerang suatu tanaman.
Tomat (Lycopersicum eskulentum)
Gunakan batang dan daun tomat, dan dididihkan.
Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air dari
saringan ini bisa digunakan untuk mengendalikan
berbagai hama tanaman.
Gamal (Gliricidia sepium)
Daun dan batang gamal ditumbuk, beri sedikit air lalu
ambil ekstraknya. Ekstrak daun segar ini dan batang
gamal ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai
jenis hama tanaman, khususnya jenis serangga.
Bunga Mentega (Nerium indicum)
Gunakan daun dan kulit kayu mentega dan rendamlah
dalam air biasa selama kurang lebih 1 jam, kemudian
disaring. Dari hasil saringan tadi dapat digunakan
untuk mengusir semut.
The idea of gardening
“In my garden there is a large place for sentiment. My garden of flowers is also my garden of thoughts and dreams. The thoughts grow as freely as the flowers, and the dreams are as beautiful.” - Abram L. Urban
A home flower garden is above all a place to create and dream. It is also a place to play, to work hard, and to rest, contemplating what human beings and nature can create by working together.
No matter the size of the garden plot you have to work with, your time and budget constraints, or your personality, you can design a flower garden that allows you to expressive your creativity, to get closer to nature, and to further enjoy being human.
Planning and setting up a flower garden may initially seem like a daunting task, but learning a few basics will set you firmly on the path to joy and beauty.
Flower Gardening Methods: How to Get Closer to Nature
“Gardening is any way that humans and nature come together with the intent of creating beauty.” - Tina James, 1999
There are two basic kinds of gardening methods. Unfortunately, the most common gardening done today uses chemical fertilizers, herbicides, and pesticides. These chemicals over the long run destroy helpful soil organisms and throw flowers and other plants out of their natural balance. This system of gardening focuses on treating plant diseases and pests without strengthening the plant’s immune system and is harmful to the environment. Sadly, today it is practiced by most commercial gardeners and farmers.
The other method is organic gardening, which works to create a natural balance in your flower garden. This approach considers your garden as a living ecosystem, and uses the laws of nature to produce healthy plants that are resistant to diseases and pests. Organic gardening focuses on building up the soil, using plants wisely, and maintaining an ideal balance. Organic gardeners recognize that pathogens attack weak plants that live in poor soil. An abundance of soil organisms, from earthworms to fungi, provide needed nutrients to plant roots and keep your flowers healthy.
Organic gardeners also understand that some plants grown together will benefit the entire garden-ecosystem. Roses and garlic are a classic example and are discussed in detail in the book Roses Love Garlic, by Louise Riotte. Likewise, some plants grown together may actually create problems for overall garden health. This concept is called " companion planting."
We recognize that organic gardening is closest to nature and is beneficial to the environment and to your family. For this reason, it is the method that we’ll focus on in this website. If you are looking for a good source of organic fertilizers, organic pest control products, and quality gardening tools, we recommend Clean Air Gardening.
These ultra thin-but-tough nitrile gardening gloves let you feel what you're doing while weeding, thinning, pruning, even picking up individual seeds.
Considering Your Region: Looking to Nature’s Garden
“None can have a healthy love for flowers unless he loves the wild ones.” - Forbes Watson
When you begin thinking about planting a new flower garden or expanding your current flower garden, you can look to the natural landscapes of your region for ideas. Wherever you live, there exists a diversity of micro-climates and eco-zones to explore. Next time you take a drive or a walk in the country, pay close attention. Depending on where you live, grassy plains may give way to rolling hills which turn into steep, rugged mountains. The edges of streams and creeks near your home also have unique, “riparian” ecosystems. Each of theses areas represents a unique community of plants working together in harmony.
It’s important not only to pay attention to the individual plants, but how they interact. Note the way larger plants provide shade for low-lying plants. What other relationships do you observe? Study these landscapes and take notes.
While the natural scenery that surrounds us is a work of nature created over hundreds of years by environmental conditions, gardens are our immediate creative expressions using the raw ingredients of trees, plants, soil, rocks, etc. Nature has worked hard to find a balance of soil, climate, plants, insects and animals. For this reason, we can look to the native plants of our state for inspiration. If we plant a flower garden primarily of natives in thoughtful combinations, we will inevitably create a more harmonious and carefree garden. Using natives, your flower garden can also read like a picture book of the natural history of your region, blending the open spaces around your city or town with your created landscape. You will also attract birds and beneficial insects and your garden will become an extension of the natural world that surrounds you.
The Nature of Natives: Deciding Which Flowers to Plant
“We learn from our gardens to deal with the most urgent question of the time: How much is enough?” –Wendell Berry
Native plant species can form the basic template for our garden design. However, it is important to remember that the natural landscapes that surround us are dynamic. Climates change and ecosystems shift. Throughout time, humans and animals have introduced non-native plants and they have naturalized to our area to become common sights.
With this in mind, how do we define what a native plant is? This is a very complex topic worthy of a long discussion. To get a basic idea, we recommend reading plant identification books and other references specific to your area. These books will help you find plants that professional botanists consider native and which are relative newcomers. This government website can also help you explore the idea of native flower gardening (link is to a PDF file).
As far as your flower garden is concerned, you can be as strict as you wish when planting your garden and using natives. There are many non-natives that are very adaptable and will fit in very well with natives without disrupting local plant communities. The key is to find a combination that works for you while being environmentally responsible.
You don’t have to give up your favorite ornamental non-natives, but be aware that many exotic species can be aggressive and disruptive in your garden and out-compete natives. Many exotics are weedy and aggressive simply because their natural predators are not present in their new environment. The more you educate yourself about the natural history of your state, the better. The North American Native Plant Society maintains an excellent website.
Planning: Flower Garden Ideas with Nature in Mind
“Who would have thought it possible that a tiny little flower could preoccupy a person so completely that there simply wasn't room for any other thought....” - Sophie Scholl
Once again, the best lessons for planning your flower garden come from nature. Take the time to closely observe relationships in local plant communities and you will learn a great deal. Also, it’s good to familiarize yourself with the different forms of plants that exist in nature and how they grow. In this website we’ve arranged information that will introduce you to the basics of perennials, annuals, bulbs, vines, etc. Read over this information briefly to get yourself further acquainted with the wonders of the plant world.
As soon as you’ve read this information and you’ve got a good picture of what’s out there in your natural landscapes, write down your observations and start thinking about plants and plant combinations you’d like to try in your flower garden. Next, consider issues such as your available space, and your time and budget constraints.
It may be useful for you to start looking at flowers in nurseries to see what they have in stock. We recommend shopping at your local family-run nurseries that specialize in native plants. They are generally more helpful and knowledgeable than the big chain nurseries and can assist you in choosing specific plants and give you tips on planting and maintenance.
You may also chat with other gardeners where you live about what has worked for them. Visiting their gardens will also generate new ideas. Local extension agents are another source of information and most now have web-based services.
Next, consider that a flower garden should appeal to all five senses. Picture the flower colors you’d like and the color combinations you think might go well with your home and your yard. Also reflect on the texture of the flowers and plants, as well as their heights. You should plan your garden in three strata: trees, shrubs, and groundcovers. Think about the smells you’d like to have in your garden, and perhaps choose a few plants that also provide edible fruits. Also think about the possibilities of raised beds, borders, walkways, benches, trellises, and other peripherals. Clean Air Gardening is one site that sells containers or planters for gardening that might be helpful.
If you have recently moved to a new home and are planning your garden, it may be better to wait a year before planting a large, elaborate flower garden. This way, you can observe the amount of sun and shade, temperatures, soil conditions, etc. that you’re working with. Also, if you’re relatively new to gardening, you’ll probably want to start small your first year to see what works and what doesn’t. You can add to your garden each year as you discover nature’s secrets.
Flower Garden Specifics: Map it Out
“Just living is not enough ... One must have sunshine, freedom, and a little flower.” - Hans Christian Anderson
Now it’s time to determine the size of the plot you’re going to plant and to make a rough sketch of your property in relation to the plot. If you like, you can buy drafting paper and draw your map to scale so that it is more accurate. Color pencils are great for making maps so buy a set. Tracing paper is also a useful tool so you can make different layers of trees, plants, grasses, etc. and experiment before making your final drawing.
As you make your sketch, don’t forget to map out utility poles, faucets, existing plants and trees, sidewalks, etc. If you’ve done a good job of watching the sun and shade patterns of your yard, you can map these out as well. Make note of seasonal changes in sun and shade with different colors. If you’re interested in blocking out the wind with shrubs, draw in the direction of prevailing winds with arrows and indicate the season as well. Other factors to include in your map are slopes or hills, gullies, areas of special interest such as nice views you want to preserve, etc. The Garden Composer computer program might be helpful if you have a large and complex area to plan.
All this information you’ve compiled can now serve as your base map. Now you can begin the exciting process of defining your vision for your flower garden.
Flowers and Design: Working with Nature
“The Earth laughs in flowers.” - Ralph Waldo Emerson
As different flowers come out at different times of year, you should think about the time you want your flowers to bloom and for how long. You can have them bloom all at the same time, or you can stagger them throughout the growing season so your flower garden evolves through time.
This is a wonderfully creative element to flower gardening. Imagine seeing your spring flower garden emerge in blues and purples with grape hyacinth and lilacs and then evolve to a rainbow of colors as your Four O’clocks come out later in the year. Read up on the flowers you want to use to familiarize yourself with their flowering times.
Another fantastic part of planning your flower garden is that you can actually set up thematic sections in yard. Consider these themes for your gardens: Butterfly Garden, Bird Garden, Wildlife Garden, Rose Garden, Perennial Garden, Shade Garden, Succulent Garden, or Water Garden, among others. This U.S. Department of Agriculture has great tips on adding unique and ecologically-minded themes and features to your flower gardens.
Now that you’ve got your base map and you’ve got a set of ideas and tools to work with, you can map out which plants you wish to place in your yard. There are no hard and fast rules when drawing your design, but in general it’s best to draw large shapes for themes such as “shade garden” and use symbols for more specific features such as an individual tree or a bird bath. You should draw in the shapes of trees and shrubs as if they were their mature sizes, not their planting size. This technique will help you visualize your mature garden and reduce crowding.
When you have finished making your design, you can actually map it out in your yard. Place string, pegs, rocks, or other markers to outline the shape of the garden plot. Outline the shapes of the various plant concentrations. You might even want to lay out colored paper or something similar to represent the flowers and other plants. Mapping your garden accurately will give you a good idea of how it will look when it is done, and what effect it will have on the appearance of your house and the rest of the yard.
You can consider purchasing several samples of each of the flowers you are thinking of using and placing them in the appropriate locations in your mapped-out flower garden. You can take back the ones that aren’t quite right and purchase others. You will eventually find the perfect flowers and other plants for your garden. After you have a good idea what your garden will look like, you’ll need to prepare your soil for planting.
Preparing Your Flower Garden for Planting: Here Comes the Digging!
“My green thumb came only as a result of the mistakes I made while learning to see things from the plant's point of view.” - H. Fred Ale
Soil Basics for Flower Gardening
Soil is often divided into various categories, such as clay, sand, silt, and loam, although there are actually an infinite number of soil varieties because soil compositions can vary widely in organic matter, large and small rocks, minerals, pH, and other factors.
Most gardeners consider soil that has a combination of sand, silt, clay, and organic matter to be good soil. Measuring the pH of your soil is also a good indicator of how your flowers will perform and will help you determine if you need to make changes to the soil composition. Here is a terrific little electronic soil testing tool that can tell you how your soil is doing quickly and easily.
pH and Flower Gardening
pH is a scale used to measure the concentration of hydrogen ions in a solution. The pH scale ranges from 0 to 14. Acidic substances have smaller pH numbers and more hydrogen ions. Alkaline substances have larger pH numbers and fewer hydrogen ions. 0 is extremely acid; 7 is neutral; and 14 is extremely alkaline. Limestone is an example of a very alkaline mineral. Sulfur is an example of a very acidic mineral. Note that arid regions tend to have alkaline soils and regions with heavy rainfall tend to have acidic soils.
Although the pH scale only has a 0 to 14 range, it is a logarithmic scale that is designed to measure vast differences. Think of the Ritcher Scale of earthquake magnitude as another example of a logarithmic scale. For example, a pH of 7 is neutral, but a pH of 6 is ten times more acid than a neutral 7. A pH of 5 is a hundred times more acid than a neutral 7, and a pH of 4 is a thousand times more acid than a neutral 7. Likewise, a pH of 8 is ten times more alkaline than a neutral 7. A pH of 9 is a hundred times more alkaline than a neutral 7, and a pH of 10 is a thousand times more alkaline than a neutral 7.
Testing Your Soil pH
To test your soil, it is a good idea to dig out samples from several places to see what the soil is like. Soil that hasn’t been worked is seldom ready for new plantings. It may have too much clay, too much sand, tons of rocks, very little organic material, a high or low pH, or other issues that you’ll need to deal with before you plant.
A good way to test the texture of your soil is with the “Ribbon Test.” After you take a soil sample, roll it back and forth in your hand. If it sticks together easily, it is high in clay, if it simply falls apart, it is probably has a lot of sand. Clay soils don’t drain well and are difficult for the roots to penetrate. Sandy soils drain well but don’t retain nutrients. Adding organic material will help both sandy and clay soils
You can test the pH of your soil with a simple pH testing kit. A good quality pH test kit is worth the extra expense because inexpensive ones are often inaccurate. The most accurate way to test the overall health of your soil is with a Garden Soil Testing Kit. These kits are relatively inexpensive and come in various styles. You can even buy an electronic soil tester that will also test the pH, as well as fertility, how much light you are getting, and other aspects for effective flower gardening.
The Magic of Compost for Successful Flower Gardening
If your soil is extremely acid, which can happen in an area with heavy rainfall, or with soil that has had overdoses of chemical N-P-K fertilizer, you may need to add limestone to ‘sweeten’ the soil.
Adding compost can also work wonders if your soil is out of the ideal pH range. This technique will also improve soil that is too sandy, has too much clay, or is low in the organic material that plants need to thrive. If you don’t know much about composting, don’t worry. You can find more information on composting at the Compost Guide.
Soil drainage is also critical to flower gardening. Mixing in compost is the best way to improve drainage. You can also try digging out a good quantity of the soil, around 16 inches deep, and placing a layer of fine gravel at the bottom.
Mulch and Flower Gardening
If you don’t have humus available from well composted material, you can help your garden through mulching. Mulching is nature’s way of composting. Forests provide a good example of nature’s mulching and composting system.
Forests are a complex growing community. Everything in a forest is related and works together. Leaves and dead branches fall from trees and other forest plants. Bacteria, fungi, nematodes, earthworms, and other habitants of the soil help break down the leaves and other debris into humus.
Humus is a natural living environment that benefits tree and plant roots.
To reproduce the mulch that forests naturally create, you can use garden waste from your home, such as shredded leaves, hay, shredded bark, or other similar substance. By spreading the material over the top of your garden dirt, you are mimicking the decomposing leaves and branches that make up a forest floor.
Mulching helps to keep weeds from growing and facilitates moisture retention in the soil. Mulching also begins the process of natural composting. Between treatments, soil organisms help to decompose the mulch that is closest to the ground. Earthworms and other critters that live in the soil pull composted material into the ground and naturally feed your plant’s roots.
You should add a little more mulch each year to your flower garden to keep the process going. You can use mulch even when your soil is in excellent shape. The mulch will keep the soil healthy and productive. You can further support your soil by adding a dose of organic fertilizer. Your mulch will work best when you add this natural fertilizer over the entire garden bed so that the whole area will gradually become healthier.
You can also go here for more information on mulching.
Flower Planting Tips: Off to the Right Start
“There is no spot of ground, however arid, bare or ugly, that cannot be tamed into such a state as may give an impression of beauty and delight.”- Gertrude Jekyll
-- Make sure you’ve got healthy soil with plenty of organic material and an appropriate pH level.
-- It is best to plant your flowers, trees and shrubs on a cool or cloudy day to minimize the stress of transplanting. Planting in the early morning or late afternoon also helps.
-- Most flowers should be planted in the spring. Some plants can be planted during other times of the year. Ask your local nurseries for planting tips on the specific plants you want to use.
-- Dig a hole in your freshly worked soil. Put the soil aside to fill the hole back in later. The diameter should be about twice the diameter of the root ball but the same height as the root ball.
-- Take out the plant from its container, and gently work you hand over the root ball to stimulate the roots. For trees and shrubs, remove any wires, burlap, etc. from the root ball after taking your plant out of the container.
-- Place the plant in the hole. Make sure it’s positioned at the correct soil line. It’s very important to place the roots at the proper level so that the plant’s roots aren’t exposed and the foliage of low-lying plants doesn’t get too wet. Some plants such as strawberries are subject to rot if their foliage is planted so that it remains wet.
-- Fill the hole about half full with the original soil.
-- Gently pack the soil to remove any trapped air.
-- Give the plant a good drink.
-- Top off the hole with soil, pack it again, and water one more time.
-- You can build up a small berm of soil in the shape of a circle around the hole so that your watering is more effective.
-- Cover the base of the plant with a good mulch. You can use recycled garden materials such as leaves, bark, nut shells, hay, grass clippings, etc. See here for information on mulching.
-- After planting, follow the watering instructions appropriate to your plant. Keep your plants well watered for the first year until they establish a good root system.Selasa, 24 Juli 2007
1 Description of the program
2 Application in the classroom
3 Evidence of effectiveness
4 Critics and their rationale
5 Notes
6 External links
7 References
Description of the program
Scope and sequence:
According to the developers, “…[t]he developers of Everyday Mathematics believe that the groundwork for mathematical literacy should begin at a much earlier age than offered by traditional mathematics programs…”(Current Curriculum 2002).
Everyday Mathematics is based on a “spiral” curriculum, where mastery is not required before the introduction of new topics. This is contrasted to seeing an obvious progression of skill build-up occur (student masters one digit addition and moves on to two digit addition) In opposition to this view, however, “…Everyday Mathematics was designed to take advantage of the spacing effect…” (Braams 2003). It relies on the notion that regular reinforcement of important skills is necessary, emphasizing that skills should appear multiple times and throughout a course of study. The key principle in regards to spiraling and distributed practice is that mastery and fluency in basic skills are goals that should be achieved long after they are first introduced (Braams 2003).
In accordance with this belief, the Everyday Mathematics program is set up around seven mathematical strands. Those seven are as follows:
• Algebra and Uses of Variables
• Data and Chance
• Geometry and Spatial Sense
• Measures and Measurement
• Numeration and Order
• Patterns, Functions, and Sequences
• Operations
• Reference Frames (About Everything Mathematics 2003)
Features of the program:
Beyond the scope and sequence, EM has several other discerning features. The following is a listing of them, as well as an explanation for how the program incorporates them.
• Real-Life Problem Solving-
EM places a great deal of focus on real-world problems. A great deal of instruction revolves around application of mathematical concepts in everyday situations.
• Balanced Instruction-
“…Learning is conducted in whole group, small group, and individual settings. Students experience open-ended questions, hand-on explorations, supervised practice, and long term projects…” (Current Curriculum 2003).
• Multiple Methods for Basic Skills Practice-
Students practice basic skills through daily review problems, mental math activities, flash cards, games, homework, etc.
• Emphasis on Communication-
Discussion is very important to the program. Students are asked to explain their problem solving strategies. Students are also expected to listen and learn from other students.
• Enhanced Home/School Partnerships-
Information is sent home to help parents work with their children. Homework is structured so that students are meant to rework problems from previous lessons with adults in the home.
• Appropriate Use of Technology-
Technology is used within the program in a way that is meant to instruct children when and where it is appropriate to use it. This is especially true when it comes to calculators.
Application in the classroom
Below is an outline of the components of EM as they are generally seen throughout the curriculum.
Lessons:
A typical lesson outlined in one of the teacher’s manuals includes 3 parts.
1. Teaching the Lesson- This is where the new content is introduced.
2. Ongoing Learning and Practice-In this section, material is reviewed for maintenance purposes.
3. Options for Individualizing- Here is where options for extending or reteaching concepts are presented.
(Click link to view a sample of a lesson http://everydaymath.uchicago.edu/samplelessons/2nd/index.html)
Daily Routines:
Everyday, there are certain things that each EM lesson requires the student to do routinely. These components can be dispersed throughout the day or they can be part of the main math lesson.
• Math Messages- These are problems, displayed in a manner chosen by the teacher, that students complete before the lesson and then discuss as an opener to the main lesson.
• Mental Math and Reflexes- These are brief (no longer than 5 min) sessions “…designed to strengthen children's number sense and to review and advance essential basic skills…” (Program Components 2003).
• Math Boxes- These are pages intended to have students routinely practice problems independently.
• Home Links/Study Links- Everyday homework is sent home. Grades K-3 they are called Home Links and 4-6 they are Study Links. They are meant to reinforce instruction as well as connect home to the work at school.
Supplemental Aspects
Beyond the components already listed, there are supplemental resources to the program. The two most common are games and explorations.
• Games - These are counted as an essential part of the EM curriculum. “…Everyday Mathematics sees games as enjoyable ways to practice number skills, especially those that help children develop fact power…” (Program Components 2003). Therefore, authors of the series have interwoven games throughout daily lessons and activities.
• Explorations- One could, perhaps, best describe these as mini-projects completed in small groups. They are intended to extend upon concepts taught throughout the year.
Implementing all of these components is a challenge, as it requires time, and a change of attitudes from students and teachers, can also be a problem. “…Instead of fostering a competitive environment and teaching students through logical deduction, Everyday Mathematics uses a collaborative milieu and allows students to draw their own conclusions after seeing recurring math patterns. Teachers facilitate the process instead of teaching it… (Knight 2005). Teachers must also have faith in the spiral curriculum in order to implement and assess student work. Teachers who have been trained on grading for mastery, may become frustrated in application of EM.
Evidence of effectiveness
“[d]espite its critics, Everyday Mathematics has 13 years of university research behind it …” (Knight 2005).
Among positive evidence, “The research evidence about Everyday Mathematics (EM) almost all points in the same direction: Children who use EM tend to learn more mathematics and like it better than children who use other programs.” (University of Chicago 2005).
It was originally developed as a research project for the University of Chicago. “Each grade level of the Everyday Mathematics program went through a three-year development cycle that included a year of writing, a year of extensive field-testing in a cross-section of classrooms, and a year of revising…” (University of Chicago 2005).
Few other programs have been through so much testing and research, nevertheless, the program has been challenged by critics
Critics and their rationale
Criticism of EM has come from all directions. Many internet sites and web pages and even internet videos have been dedicated to countering the position of many school districts and education professionals that EM is an effective mathematics program. Many believe that EM is not just innovative, but a severely deficient and radical approach to math that should be abandoned.
One direction from which criticism comes is from parents. “..[S]uch programs as Everyday Mathematics raise the eyebrows and sometimes the ire of parents simply because they don’t use the traditional methods parents are accustomed to…” (Knight 2005). It is difficult for some to trust EM because it seems to differ so much from the math they grew up with. Many parents complain that the methods used in homework are so different from traditional methods, they are unable to assist in homework assignments. Other parents claim that their children are unable to master simple arithemetic problems. Methods such as the "lattice" multiplication method are far more tedious, and require more drawing and effort with no real advantage over traditional methods. By 2007, school districts that were considering adopting EM were encountering very negative reactions from parents when asked about the choice of EM [1]
Many professional mathematicians consider EM to be an inferior curriculum. Like many parents, they believe that overlooks or underplays basics. It does not promote the use of standard algorithms that have been tested and used for a long time by professionals who use math every day.
However, Wertheimer (2002) points out that “…[t]he mathematicians are among the few survivors of the traditional mathematics program. They are trying to apply what they know to the entire population”. He also has a great deal of reservations about the ability of these mathematicians to evaluate the complexity of educational methodology that can help everyone achieve. Mathematics education should help promote the success of everyone not just those naturally successful at math. (Wertheimer 2002). Others questioned the assumption that groups such as women and minorities cannot be expected to learn basic math facts in a traditional way, and that only "successful" groups should be learning "real math".
Beyond parents and professional mathematicians, even teachers have joined in the argument. Teachers who have encountered problems with such a radical approach have also dissented.
A common argument is that the program was not the problem, but implementation was. Critics claimed that the content was difficult for teachers to teach without a great deal of training. Much of the content in geometry and statistics goes far beyond the traditional 5th grade math most parents and elementary teachers are proficient in, because of the belief that students in early grades should be studying advanced math concepts rather than only basic facts and methods.
taken From Wikipedia.com