Sudah hampir lima bulan saya menjadi fasilitator matematika (a.k.a tentor/guru les) di sebuah bimbingan belajar 3A Children Center di Jl.Colombo no 8 Yogyakarta (Sekalian Promosi). Tapi, bukan itu yang akan dibahas disini. Tapi tentang bagaimana proses belajar-mengajar yang terjadi dalam ruangan kelas saya itu. Konsep pendidikan untuk anak-anak telah membatasi kelompok umur yang masuk dalam lembaga bimbingan belajar tersebut. Jika selama ini lazimnya anak-anak yang ikut les itu mulai dari SMP atau minimal SD kelas V dan VI dalam rangka menghadapi UNAS maka kondisi berbeda mulai marak. Di 3A Children Center, banyak muris yang berasala dari kelas 0 hingga kelas V . Hal ini membuat kesulitan tersendiri dalam mengajar. Bukan hanya harus sabar namun harus memiliki kearifan, dan perilaku yang sehat. Bayangkan saja, jika anda ditanyai oleh anak TK tentang apa itu tornado atau katrina? Bagaimana anda menjelaskannya? Atau pernah suatu ketika mereka bertanya tentang apa itu menit, apa itu detik? Pernah memikirkan cara menjelaskan satuan waktu seperti menit dan detik pada anak yang bahkan belum duduk di bangku SD?
Meski banyak ahli berpendapat bahwa mengajarkan anak tentang suatu konsep abstrak terlalu dini tidak baik bagi perkembangan anak itu sendiri, toh banyak orang tua yang "melanggar" hal itu. Meski perbuatan itu tidak dapat disalahkan mengingat syarat untuk masuk ke sekolah 'favorit' memang mengharuskan kemampuan itu. (Baca juga menghindari kekerasan pada anak )
Back to the topic. Saya pernah membaca suatu pendapat dalam suatu buku (kalo ga salah time life seminggu belajar matematika) anak-anak sebaiknya tidak diajarkan matematika dengan cara yang rumit. Memang jika kita lihat buku-buku pelajaran saat ini memang bukan main rumitnya bagi anak-anak yang baru mulai mengenal ilmu hitung(matematika). Bagaimana tidak, anak-anak dituntut untuk dapat menghafal angka. Setelah dirasa hafal, mereka harus mengucapkan angka secara benar balam urutan yang acak sebelum mereka diharuskan mengurutkan suatu susunan angka acak menjadi suatu susunan yang diharapkan. (mirip-mirip cari integral ganda gitu deh kalo buat mahasiswa).
to be continued..........
Meski banyak ahli berpendapat bahwa mengajarkan anak tentang suatu konsep abstrak terlalu dini tidak baik bagi perkembangan anak itu sendiri, toh banyak orang tua yang "melanggar" hal itu. Meski perbuatan itu tidak dapat disalahkan mengingat syarat untuk masuk ke sekolah 'favorit' memang mengharuskan kemampuan itu. (Baca juga menghindari kekerasan pada anak )
Back to the topic. Saya pernah membaca suatu pendapat dalam suatu buku (kalo ga salah time life seminggu belajar matematika) anak-anak sebaiknya tidak diajarkan matematika dengan cara yang rumit. Memang jika kita lihat buku-buku pelajaran saat ini memang bukan main rumitnya bagi anak-anak yang baru mulai mengenal ilmu hitung(matematika). Bagaimana tidak, anak-anak dituntut untuk dapat menghafal angka. Setelah dirasa hafal, mereka harus mengucapkan angka secara benar balam urutan yang acak sebelum mereka diharuskan mengurutkan suatu susunan angka acak menjadi suatu susunan yang diharapkan. (mirip-mirip cari integral ganda gitu deh kalo buat mahasiswa).
to be continued..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar