Selasa, 08 April 2008

Situs Porno Tidak Jadi Dibredel

Setelah beberapa hari terakhir muncul banyak berita tentang UU ITE dan Pemblokiran situs porno, maka hari ini saya mencoba mengakses salahsatu situs porno tertua di dunia yaitu worldxxx.com. Ternyata situs tersebut masih dapat dibuka dengan lancar tanpa kendala apapun. Bahkan beberapa hari setelah UU ITE disahkan situs-situs porno lokal pun masih terlihat santai dan tenang bahkan dapat diakses dengan bebas. Benarkah ada niat pemblokiran dari pemerintah melalui server yang masuk Indonesia?
Apalagi beberapa waktu lalu nonton perspektif Wimar dan katanya google mau diblock. Lho, kok malah tambah aneh?
Emangnya search engine cuman google apa? Emang pemerintah ga tau kalo ada cathcha, yahoo, dll yang males kalo disebut satu-satu. Apa semua mau diblok? Masalahnya pada blog ini bukan pada setuju atau tidaknya terhadap blokir, pemerintah, aturan perundang-undangan maupun etika. Masalah yang lebih besar ternyata bukan itu, masalahnya adalah keterbatasan akses yang dimiliki untuk dapat berkembang. Bayangkan saja jika sorang pemilik blog di blogspot (termasuk saya) yang menggantungkan hidupnya pada kebebasan bicara di blognya kemudian harus berpindah rumah. (Terbayang deh sedihnya orang jakarta yang sering kena gusur itu)
Masalah bangsa ternyata tidak melulu pornografi internet. Itu salah satunay saya setuju tapi jika itu sebagai masalah paling besar saya tidak setuju. Bayangin aja, tanpa harus akses internet (terlepas dari mana lokasi akses, pasti bayar juga kan) siapapun bisa mengakses yang tayangan dewasa yang menjurus pada tayangan seks pada salah satu TV tiap selasa pagi sampai jumat pagi jam 2 sampai sekitar jam 4an. Gratis dan live. Itu belum termasuk acara infotainment yang membahas artis dangdut serta acara yang lain baik lokal maupun asing. Tidak termasuk tayangan TV berbayar juga yang menampilkan gulat wanita. Kenapa harus internet jadi korban?
Satu cerita menarik dari Jogja. Ini sungguh terjadi dan ada. Di suatu kampung di daerah pinggiran kota, pada malam minggu di suatu rumah, di pinggiran kota Jogja. Ada seorang anak SD (Sekolah Dasar) dikunjungi oleh pacarnya. Betapa mengejutkan bagi mereka yang mengetahui apalagi ini masih di daerah dimana banyak orang mengenal satu sama lain. Di tempat yang lain, anak-anak seusia mereka mengendarai sepeda motor "Nongkrong" di sudut-sudut kota. Bergembira layaknya orang dewasa.
Apa iya, itu korban internet? Benarkah anggaran pemerintah untuk situs porno itu dari hati nurani yang terdalam? Saat rakyat menderita karena hal-hal yang tidak masuk akal, dimana keadilan?

Tidak ada komentar: